Kunjungi website LAZIS rumahPeduli di www.rumahPeduli.com

Rabu, 04 Maret 2009

JAMS Galeri

Selamat Datang di JAMS Galeri. Disini anda bisa melihat foto-foto yang berkaitan dengan Jama'ah Masjid Sholahuddin Kanwil Ditjen Pajak D.I. Yogyakarta. Selamat menikmati dan semoga memberi inspirasi.

1. Masjid Sholahuddin (Kumpulan Foto Masjid Sholahuddin)
2. JAMS Beriman (Kumpulan Foto Kegiatan Pengajian)
3. JAMS Beramal Sholih (Kumpulan Kegiatan Sosial dari JAMS Peduli)
4. BUMM Sholahuddin (Kumpulan Foto Kegiatan Biro Usaha Milik Masjid Sholahuddin)
5. Lain-lain
Selengkapnya...

Do’a Dua Malaikat Setiap Subuh

Oleh Ihsan Tandjung

Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berinfaq. Anjuran yang bahkan pada bagian awal surah Al-Baqarah telah disebutkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aala menggambarkan salah satu karakter utama orang bertaqwa.

الم ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

“Alif Laam Miim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan meng-infaq-kan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
(QS Al-Baqarah ayat 1-3)

Dalam ayat di atas Allah ta’aala menyebutkan karakter muttaqin yang biasa berinfaq bersama karakternya yang rajin menegakkan sholat. Di dalam Al-Qur’an hampir selalu karakter menegakkan sholat dan mengeluarkan infaq disebutkan dalam suatu rangkaian berpasangan. Hal ini mudah dimengerti sebab ajaran Islam selalu menekankan keseimbangan dalam segala sesuatu. Islam bukan semata ajaran yang mewujudkan hubungan antara hamba dengan rabbnya atau hablum minAllah, tetapi juga hubungan antara hamba dengan sesama hamba atau hablum minan-naas.

Uniknya lagi, di dalam ajaran Islam bila suatu perintah Allah ta’aala dilaksanakan, maka bukan saja hal itu menunjukkan kepatuhan seorang hamba akan rabbnya, melainkan dijamin bakal mendatangkan manfaat bagi si hamba. Ini yang disebut dengan fadhilah atau keutamaan suatu ’amal-perbuatan. Misalnya sholat malam atau tahajjud. Allah ta’aala menjanjikan bagi pelakunya bakal memperoleh kekuatan daya pengaruh ketika berbicara.

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” (QS AlMuzzammil ayat 1-5)

Contoh lainnya bila seseorang meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’aala maka di antara fadhilah yang akan ia peroleh adalah penambahan ilmu dari Allah ta’aala, jalan keluar kesulitan hidupnya serta rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka.

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ
”Dan bertakwalah kepada Allah; Allah (akan) mengajarmu.” (QS AlBaqarah ayat 282)

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS Ath-Thalaq ayat 2-3)

Demikian pula dengan berinfaq. Allah ta’aala menjanjikan fadhilah di balik kedermawanan seseorang yang rajin berinfaq.

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba’ ayat 39)

Bahkan dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan keuntungan yang bakal diraih seseorang yang rajin berinfaq di pagi hari sekaligus kerugian yang bakal dideritanya bilamana ia tidak peduli berinfaq di pagi hari.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا
وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا (البخاري)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”, sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)” (HR Bukhary 5/270)

Pembaca yang budiman, marilah kita galakkan berinfaq di pagi hari agar malaikat mendoakan kelapangan rizqi yang memang sangat kita perlukan untuk memperlancar ibadah, amal sholeh, da’wah dan jihad kita di dunia. Dan jangan biarkan ada satu pagipun yang berlalu tanpa berinfaq sebab itu sama saja kita mengundang kerusakan dalam hidup sebagaimana doa malaikat yang satunya di setiap pagi hari.

Ketahuilah, bukan banyaknya jumlah infaq yang penting melainkan kontinuitas-nya. Lebih baik berinfaq sedikit namun konstan terus-menerus daripada berinfaq dalam jumlah besar namun hanya sekali setahun atau seumur hidup. Orang yang konstan berinfaq tidak bakal dipengaruhi oleh musim. Dalam masa paceklik tetap berinfaq, dalam masa panen tentu lebih pasti.

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.”
(QS Ali Imran ayat 133-134)
Selengkapnya...

Minggu, 01 Maret 2009

Melukis Mata Sang Raja

Dahulu kala hiduplah seorang raja yang cacat satu matanya yang bagian kanan. Mata tersebut kondisinya tertutup dan tidak dapat untuk melihat. Bila ada orang yang menyinggung-nyinggung masalah kecacatan matanya, raja itu akan tersinggung, bahkan bisa marah besar.
Suatu hari raja tersebut punya keinginan agar dirinya dilukis. Dia ingin lukisanya bisa dipasang di istananya. Dia pun membuat sayembara, bagi siapa saja yang paling bagus melukis dirinya akan diberi hadiah emas dan perak.
Hari pertama ada seorang pelukis dating hendak melukis raja. Raja duduk di singgasananya kemudian dilukis oleh pelukis tadi. Karena takut sang raja tersinggung dan juga ingin membuat rasa senang, maka pelukis tadi menggambar ke dua mata raja dengan kondisi sempurna, tidak menampilkan kecacatan mata kananya. Setelah jadi, raja melihat lukisan tadi. Lukisan itu sangat indah dan mirip dengan raja, tetapi ketika raja melihat gambar mata kananya, raja jadi sangat marah.
Raja itu berkata kepada pelukis tadi “Kau penipu! Kau kuberi hukuman penjara seumur hidup!”
Akhirnya pelukis tadi dijebloskan ke penjara.
Esoknya datang pelukis yang kedua. Dia melukis sang raja dengan begitu indahnya dan apa adanya. Dia melukis mata kanan sang raja yang cacat seperti apa adanya. Melihat lukisan yang telah jadi tadi raja jadi marah.
Raja itu berkata kepada pelukis tadi “Berani sekali kau menghinaku! Kau kuberi hukuman penjara 10 tahun!”
Akhirnya pelukis kedua tadi dijebloskan ke penjara juga.
Kabar tentang kedua pelukis tadi tersebar ke masyarakat. Sejak itu tidak ada yang berani datang ke istana untuk melukis raja. Setelah lama berselang datanglah seorang muda pelukis ke hadapan raja. Dia hendak melukis raja. Walaupun sudah mendengar kabar pelukis-pelukis sebelumnya yang dihukum raja, pemuda tadi tidak takut untuk melukis raja.
Mulailah dia melukis raja. Setelah lama berselang jadilah lukisan tadi. kemudian ditunjukanlah lukisan tadi kepada raja. Melihat lukisan pemuda ini, raja jadi takjub. Lukisan itu begitu indah. Disitu digambarkan raja sedang berburu dan sedang memegang senapan yang siap ditembakan. Disitu digambarkan raja sedang dalam posisi membidik hewan buruanya, mata kananya dalam kondisi tertutup sedang mata kirinya terbuka lebar memandang searah ujung senapanya, membidik hewan buruanya. Walaupun mata kanan raja tadi digambarkan dalam keadaan tertutup, tapi karena digambar sedang dalam posisi membidik buruan, maka raja terlihat tidak cacat matanya tapi sedang membidik buruan.
Raja sangat senang dengan lukisan pemuda tadi. Karena membuat sang raja senang, pemuda tadi mendapatkan hadiah emas dan perak. Ketika akan diberi emas dan perak sebagai hadiah, pemuda tadi menolaknya.
Raja pun kaget, lalu dia bertanya, “Apa masih kurang hadiahnya?”, “Akan kutambah 2 kali lipat”.
Pemuda itu menjawab, “Mohon maaf paduka, kalu diperkenankan, saya mengajukan permintaan yang lain saja.”
Raja menjawab, “Sebutkan permintaanmu, akan kuturuti.”
Pemuda itu menjawab, “Saya minta 2 orang teman saya yang melukis paduka kemarin dibebaskan dari penjara, karena mereka kemarin tidak berniat untuk membuat paduka marah. Kasihan, orang tuanya menagisinya tiap hari.“ “Bayangkan saja bila anak paduka dipenjara, tentunya hati paduka sangat sedih sekali.”
Raja pun terharu mendengar permintaan pemuda itu. Akhirnya pelukis yang masih dalam penjara pun dibebaskan oleh raja. Dan mereka berdua diberi hadiah emas dan perak. Dan sejak itu raja tidak pernah lagi marah bila ada yang menyyinggung-nyinggung masalah matanya yang cacat. Dan raja pun tidak lagi semena-mena kepada rakyatnya.
Begitulah akhir cerita ini, akhirnya semua merasa bergembira.
****************************
Dari cerita diatas, ada hikmah yang bisa kita ambil. Bahwasanya bila kita ingin menyampaikan sesuatu kebenaran kepada orang yang mempunyai kekurangan atau kesalahan, tidak serta merta disampaikan apa adanya. InsyaAllah niat kita baik. InsyaAllah yang kita sampaikan adalah kebenaran. Tapi itu belumlah cukup. Harus juga disertai cara yang baik juga. Dengan bijaksana, dengan santun, dengan sabar dan juga dengan kecerdikan sehingga tujuan kita untuk merubah suatu kesalahan menjadi kebaikan bisa tercapai dan akhirnya orang lain bisa menerima kebenaran itu.
Kadang kita dengar adanya orang yang dengan ringan mengatakan kepada orang lain “Yang kamu lakukan itu salah, yang benar itu begini!” Atau “Yang kamu lakukan itu bid’ah, tidak ada dalilnya, yang benar itu begini, dalilnya ini!”
InsyaAllah sebenarnya yang kita katakan itu benar adanya, tapi karena cara kita yang yang “to the point” saja, yang tidak sabar ingin segera melihat perubahan, malah mendapatkan penentangan karena sifat umum manusia adalah tidak mau disalah-salahkan, tidak mau dihakimi. Yang dinasehati bukanya sadar malah sebaliknya, jadi membenci kita dan yang lebih parah, malah menolak kebenaran itu seterusnya.
Kadang juga kita dengar ada orang yang setelah nasehatnya tidak dengar orang kemudian berkata, “Ya sudah , Dinasehati tidak nurut, yang saya katakan khan benar, yang penting saya sudah menunaikan kewajiban saya untuk mengingatkan sesama muslim.” Padahal kalau kita bisa lebih bijaksana, sabar dan cerdik seperti pemuda tadi, hasil bahagia yang kita dapatkan.
Kita lihat bagaimana pemuda tadi meminta dengan santun kepada raja agar 2 temanya dibebaskan dan juga memberi permisalan bila anak raja dipenjara tentu raja sangat sedih, dengan itu akhirnya raja bisa tersadar dari kesalahanya.
Hal ini juga bisa menunjukan setulus apakah niat kita untuk memperbaiki atau berdakwah. Kalau niat kita lurus, InsyaAllah perbaikanlah yang kita tuju, bukan permusuhan, bukan kerusakan yang kita harapkan. Bila nasihat kita tidak di dengar, kita tidak dihargai, kita pun tak perlu kecewa, karena buka penghargaan dari orang yang kita cari, tapi perbaikan dan ridho Allah yang kita tuju.
Itulah tantangan bagi kita. Bila kita punya niat tulus untuk menegakan kebenaran, bila kita merasa yang kita sampaikan adalah benar maka, carilah, gunakanlah cara yang paling baik, paling bijaksana, paling santun, paling cerdik sehingga tujuan kita untuk memperbaiki bisa tercapai. Kata kuncinya adalah “MEMPERBAIKI”. Sebelum melakukanya pikirkan dulu apakah yang akan kita lakukan ini akan memperbaiki keadaan atau sebaliknya malah memperburuk keadaan. Bila malah memperburuk keadaan, lebih baik kita diam dulu. Mungkin lain waktu dengan cara yang lain atau melalui mulut orang lain keburukan tersebut bisa diperbaiki. Wallahu a’lam bish-shawab.
(Seperti yang disampaikan pada Kultum Ba’da Asar di Masjid Sholahuddin Kanwil DJP DIY Tanggal 13 Februari 2008)
By: Surono
Selengkapnya...

About This Blog

  © Blogger template 'Ladybird' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP