Kunjungi website LAZIS rumahPeduli di www.rumahPeduli.com

Selasa, 07 April 2009

MINTALAH FATWA PADA HATIMU SEBELUM MENCONTRENG

Assalamu'alaikum Wr Wb

Diriwayatkan dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan, kemudian seseorang berkata: “(ya Rasulullah) sesungguhnya seseorang itu senang pakaiannya bagus dan sandalnya bagus”, Beliau bersabda: “Sesunguhnya Allah itu Indah dan Dia menyenangi keindahan, (dan yang dimaksud dengan) kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan melecehkan orang lain”.

Dari hadits ini bisa kita ambil pelajaran bahwa:
1. Arti sombong ada 2 yaitu:
a. Menolak atau tidak mau menerima kebenaran.
b. Melecehkan atau merendahkan orang lain.
2. Berpakaian bagus bukanlah suatu kesombongan bila tidak memenuhi 2 kriteria sombong diatas.
3. Orang yang sombong, walupun sedikit saja maka tidak akan masuk surga alias masuk neraka.

Menolak kebenaran adalah kesombongan. Rasulullah SAW memberikan panduan praktis bagi kita untuk membedakan mana kebenaran dan mana yang salah sehingga kita bisa menolak atau menerimanya.

Dan diriwayatkan dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan : Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau berkata kepadaku, “Kamu datang hendak menanyakan tentang kebaikan dan dosa?”. Aku menjawab, “Iya.” Maka beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hatimu merasa tenang. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang membuat hatimu merasa tidak enak dan membuat dada berdebar-debar, meskipun orang lain memberikan fatwa kepadamu.” (Hadits hasan, kami riwayatkan dari dua buah Musnad yaitu milik Imam Ahmad bin Hanbal dan ad-Darimi dengan sanad yang hasan).

Dari hadits ini bisa kita ambil pelajaran bahwasanya kita bisa mengukur sesuatu itu kebenaran atau perbuatan dosa dengan menanyakanya secara sungguh-sungguh (meminta fatwa) ke hati nurani kita yang paling dalam. Bila sesuatu itu benar maka hati kita tentram tapi sebaliknya dosa akan membuat hati kita tidak tentram.

Ada kisah-kisah tentang orang-orang yang melawan kata hati nuraninya sehingga mengakibatkan dia menerima konsekuensi yang berat di akhirat.

Abu Thalib paman Rasulullah SAW adalah orang yang turut membela dakwah Rasulullah karena dalam hatinya mengakui kebenaran ajaran yang dibawa ponakanya itu. Tapi sampai menjelang ajalnya, Abu Thalib belum mau masuk islam. Ketika Abu Thalib menjelang ajalnya, Rasulullah SAW mendatangi beliau yang sedang dikelilingi oleh pembesar Quraisy. Ada Abu Jahal dan Abdullah bin abi Umayyah bin Al-Mughirah. Lantas Rasulullah SAW memohon,"Wahai Paman, katakanlah Laa Ilaaha Illallah. Dengan kalimat itu aku akan bersaksi untukmu di sisi Allah SWT". Namun Abu Jahal dan temannya itu mengancam, Abu Thalib, "Apakah kamu benci agama Abdul Muttalib?". Rasulullah SAW tetap meminta agar Abu Thalib segera mengucapkan syahadat dan Abu Jahal bersikeras memintanya tetap pada agama nenek moyang, hingga Abu Thalib menghembuskan nafas dan tetap tidak membaca syahadat.

Diriwayatkan bahwasanya Abu Thalib, paman Rasulullah SAW mendapatkan siksaan paling ringan di neraka yaitu Abu Thalib ditempatkan di neraka teratas yang mana jilatan api neraka masih mengenai kakinya sehingga membuat otaknya mendidih.

Dari kisah Abu Thalib ini dapat kita ambil pelajaran bahwasanya ketika kita melawan atau menolak kata hati nurani kita yang fitrahnya condong kepada kebenaran maka kita termasuk orang yang sombong dan adanya kesombongan dalam hati kita akan membawa kita ke neraka. Abu Thalib sebenarnya hanya cukup mengucapkan kalimat yang sangat singkat yaitu “Laailahaillallah” maka beliau akan bisa selamat dari neraka atas izin Allah dan syafa’at dari Rasulullah SAW. Tapi karena Abu Thalib lebih mendengarkan kata-kata Abu Jahal untuk tetap memeluk agama nenek moyang mereka daripada mendengarkan kata-kata Rasulullah dan kata-kata hati nuraninya yang sebenarnya mengakui kebenaran ajaran Islam maka Abu Thalib meninggal dalam keadaan belum Islam sehingga siksa neraka menantinya.

Hari ini tanggal 8 April 2009, besok kita warga Indonesia yang mayoritas umat islam, akan memasuki bilik-bilik suara untuk memilih wakil-wakil yang akan mengemban amanah kita di DPR dan DPRD. Kita kemarin sudah diterangkan panjang lebar oleh ustadz Sholihuddin Al Hafidz tentang criteria pemimpin ataupun caleg atau partai yang baik untuk kita pilih. Kemarin ustadz Sholihuddin sudah memberikan criteria-kriterianya antara lain; sidhiq, amanah, tabligh dan fathonah. Kalau boleh kami ingin menguraikan dengan kalimat yang lebih dekat dengan realita kita untuk mewakili sifat sidhiq, amanah, tabligh dan fathonah tadi yaitu kita harus memilih caleg atau partai yang jujur, terbukti tidak melakukan tindak korupsi, peduli kepada rakyatnya, menyuarakan kebenaran, mampu bekerja dengan baik sebagai pemimpin ataupun anggota legislative atau kita sebut professional. Sebenarnya sudah jelas di depan mata kita mana caleg atau partai yang baik. Sebenarnya hati nurani kita mengatakan caleg atau partai itulah yang baik dan pantas menjadi pemimpin ataupun wakil rakyat, tapi kadang kita mengingkari kata hati nurani kita. Ada yang mengingkari hati nuraninya dan memilih caleg atau partai yang lain karena berbagai alasan. Ada yang tetap pada pilihanya karena itu merupakan partai pilihan keluarganya turun temurun, walaupun sudah terbukti tidak ada kebaikan di dalam partai pilihanya tadi. Ada yang sungkan bila tidak memilih caleg yang masih saudaranya sendiri padahal saudaranya tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi anggota dewan. Seperti halnya Abu Thalib yang sungkan terhadap saudara-saudaranya para pembesar kafir quraisy sehingga dia tetap memilih agama nenek moyangnya.

Kalimat singkat “Laailahaillallah” yang bila diucapkan oleh Abu Thalib hanya butuh waktu beberapa detik sebenarnya bisa menyelamatkanya di akhirat. Besok kita di bilik suara, hanya butuh waktu beberapa menit untuk menggerakan tangan kita membuat tanda contreng yang membawa implikasi besar bagi masa depan bangsa Indonesia tercinta ini, masa depan anak dan cucu kita nanti. Dan kami yakin beberapa menit di bilik suara itu nanti akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat nanti. Maka mantapkanlah hati kita untuk memilih kebenaran. Dan seperti yang Rasulullah sabdakan:

“Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hatimu merasa tenang. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang membuat hatimu merasa tidak enak…”

Maka kami berpesan “Mintalah Fatwa Pada Hatimu Sebelum Mencontreng!”

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

(Bahan KaBaR: Kultum Ba'da 'Asar, Masjid Sholahuddin, 8 April 2009)
Selengkapnya...

About This Blog

  © Blogger template 'Ladybird' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP